TINGKATKAN KOMPETENSI GURU
MELALUI PELATIHAN IN-HOUSE TRAINING
Oleh : Ujang Saepudin, S.Pd., (Wakasek Bidang Kurikulum)
Keterampilan seorang guru dipandang sangat penting untuk kualitas pendidikan siswa dan karir selanjutnya. Efektifitas guru dalam menyusun media pembelajaran menjadi salah satu tolak ukur dalam meningkatkan kreativitas guru dalam mengajar.
Salah satu program Bidang kurikulum SMA Negeri (SMAN) 1 Padalarang dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan profesional pendidik adalah melalui pelatihan In House Training (IHT).
Pada tahun 2024, menurut Wakil Kepala SMA Negeri 1 Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Ujang Saepudin, S.Pd., akan dilaksanakan kegiatan pelatihan IHT untuk meningkatkan kompetensi guru dalam bidang digitalisasi yang meliputi PKG, PMM, sama LMS.
“Program lainnya penguatan kembali sekolah ramah anak (SRA) sesuai dengan kebijakan GPK di Provinsi Jawa Barat, serta pemotretan untuk kelas X untuk memenuhi kebutuhan raport dan f kelas XII untuk kebutuhan Ijazah,” kata Ujang kepada Majalah “Sekolah JUARA” belum lama ini.
Pada Februari mendatang, tegas Ujang, akan ada kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
untuk kelas XII dengan menggunakan pembelajaran kurikulum 2013 sebagai pembelajarannya. “Tetapi kami menyisipkan untuk mereka agar mencoba berlatih tentang P5 supaya ketika guru-gurunya nanti berbeda kurikulum, maka bisa merasakan bagaimana pengalaman mengikuti projek tersebut,” katanya.
Pada Maret ada ujian kelas XII dan Sanlat terkait beberapa pembelajaran, lanjut ujang, sedang pada April akan dilakukan penginputan nilai ijazah, dan pada Mei ada kelulusan. Selanjutnya pada bulan Juni kenaikan kelas, jadi ada rapat kenaikan kelas, pembagian raport dan ijazah, serta persiapan PPDB.
Terkait target lulusan, menurut Ujang, bidang kurikulum menargetkan kelulusan 100 persen, dan banyak terserap ke perguruan tinggi negeri (PTN), baik melalui jalur SNBP maupun SNBT.
Menyinggung masalah Platform Merdeka Mengajar (PMM), lanjut Ujang, sudah berjalan. Masalah PMM ini dibagi menjadi 10 topik atau kelompok, dan topik pertama sudah selesai, selanjutnya akan dilanjutkan ke topik berikutnya.
Ujang berharap, kompetensi guru meningkat walaupun secara perlahan, dan terlihat ada kemajuan. “Kami ingin mengubah paradigma baru yang disesuaikan dengan karakter masing-masing guru, sehingga konsep pembelajaran bisa disesuaikan dengan paradigma baru tersebut,” katanya.
Ujang berharap, siswa dan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) bisa menyenangkan, baik setelah pergantian kurikulum maupun paradigma baru. Sehingga proses KBM di kelas akan menjadi menyenangkan dan nyaman.
Terkait pembentukan karakter P5 di SMAN 1 Padalarang, Staf Bidang Kurikulum Meyta Argina Diniari, S.Pd., menjelaskan, bidang kurikulum sudah merencanakannya dalam pemilihan tema. “Nah, ketika pemilihan tema untuk P5 kita selalu menentukan capaian dimensi apa yang akan dicapai oleh siswa. Untuk menentukan bagaimana karakter yang akan ditimbulkan itu tergantung dari dimensi apa yang akan digunakan, begitu pun hasilnya nanti akan terlihat dalam proses selama P5 itu berlangsung,” ujarnya.
Dalam P5 itu ada 6 dimensi sesuai dengan aturan pemerintah. “Kita ingin semua karakter bisa muncul, akan tetapi tentu saja itu tidak bisa langsung, harus disesuaikan dengan masing-masing dari tema yang kita ambil,” tuturnya.
Meyta menyebutkan, ketika P5 sebelumnya dengan judul “Gaya Hidup yang Berkelanjutan”, maka karakter yang coba kita timbulkan adalah bagaimana sikap mereka terhadap alam, apakah mereka peduli terhadap lingkungan sekitarnya, bagaimana mengelola sampah di sekolah. Ternyata sampah itu ada yang bisa diolah menjadi sesuatu yang lebih berguna.
“Alhamdulillah hampir 95% semua rencana sudah optimal, hanya saja memang tidak bisa dipungkiri dalam setiap kegiatan pasti ada permasalahan yang harus dipecahkan dan itu menjadi tantangan bagi siswa,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Staf Bidang Kurikulum, Andri Sodikin, S.ST., dalam Kurikulum Merdeka para guru sudah dilibatkan dalam program digitalisasi. Jadi mungkin secara administrasi maupun dalam hal-hal yang lainnya sudah bisa berbasis digital sesuai dengan visi misi sekolah.
Staf Bidang Kurikulum lainnya, Risky Ashary, S.Pd., berharap, apa yang usahakan dari Tim Kurikulum SAVAL sedikitnya bisa membawa perubahan positif kepada warga di daerah Padalarang, kehidupannya bisa lebih baik lewat pendidikan, dan itu kita usahakan dari kurikulumnya supaya anak-anak yang lulus dari SAVAL memiliki kualitas manusia yang cerdas berpikir, cerdas emosionalnya, cerdas keimanannya. (ervan radian/”sj”)***