Bakda Jumat, 24 Mei, SMA N 1 Padalarang beroleh kesempatan berharga dari Kementerian Luar Negeri RI Ditjen Informasi dan Diplomasi Publik Museum Konferensi Asia Afrika sebagai tuan rumah diselenggarakannya Sosialisasi Museum, Sejarah, dan Nilai-nilai Konferensi Asia Afrika 1955 serta Perkembangannya. Tentu saja kesempatan berharga ini disambut antusias oleh civitas academica SAVAL. Wakasek Humas, Wiwik Wachjoeni, saat dihubungi, menyampaikan informasi tentang kegiatan yang akan diikuti oleh 150 orang peserta yang terdiri atas seluruh guru, para pengurus OSIS, para pengurus ekstrakurikuler, serta perwakilan siswa kelas X dan XI.
Rombongan diterima langsung oleh Kepala Sekolah, Engkus Kusnadi, yang sekaligus menyampaikan sambutan serta mengungkapkan penghargaan setinggi-tingginya kepada pihak penyelenggara atas kesempatan yang telah diberikan kepada SAVAL.
Menurutnya, kegiatan ini memiliki banyak manfaat terutama untuk para siswa sebagai generasi penerus bangsa. Diantaranya menambah cakrawala, mampu menghargai perjuangan para pahlawan bangsa dalam memajukan negeri ini, banyak hikmah yang bisa diambil untuk kehidupan di masa datang, kisah yang sangat menginspirasi siapapun sehingga wajib dicontoh, juga termasuk salah satu upaya untuk mengamalkan amanah dari salah seorang founding fathersnya Indonesia, Ir. Soekarno, yang mengatakan bahwa Janganlah Sekali-kali Melupakan Sejarah atau “Jas Merah.” Sementara itu, rombongan yang dipimpin oleh Teguh Adhi Primasanto, salah seorang Fungsional Diplomat Museum KAA, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat tentang keberadaan Museum KAA beserta sejarahnya, nilai-nilainya dan perkembangannya dari masa lalu hinga kini. Sebelum kegiatan utama ini berlangsung, pihak Museum menyerahkan cendera mata kepada pihak SAVAL yang diterima oleh Kepala Sekolah.
Kemudian, kegiatan yang dipandu oleh Erda Tartila, salah seorang Tim Pemandu Tour, menayangkan film dokumenter KAA 1955. Mulai dari berkumpulnya para pemimpin negara-negara di benua Asia dan Afrika yang baru merdeka, rencana pelaksanaan konferensi, alasan harus dilaksanakannya KAA, KAA 1955 sebagai tonggak sejarah yang menghasilkan Dasa Sila Bandung, negara-negara yang menjadi peserta koferensi, misi pendirian museum, pesan-pesan yang masih relevan dengan kondisi negara saat ini, kondisi Museum KAA yang menyajikan berbagai fasilitas menarik sebagai sarana rekreatif yang edukatif, hingga terbentuknya Sahabat Museum KAA yang menaungi 13 klub pencinta sejarah bangsa. Selanjutnya, disajikan sesi tanya jawab. Berbagai pertanyaan yang variatif diajukan oleh para siswa. Dan, kepada para penanya diberikan hadiah yang luar biasa kerennya.
Tak ketinggalan pula games-games menarik diberikan kepada para siswa. Sama dengan para penanya, siswa yang berhasil menjawab dengan benar, mendapatkan hadiah juga. Melihat animo para siswa yang aktif, Yani Herayani, guru mata pelajaran Sejarah, menyampaikan opininya tentang kegiatan ini. “Dengan kegiatan sosialisasi ini, diharapkan semakin membuka cakrawala pengetahuan kita terutama siswa SMAN 1 Padalarang tentang perjuangan yang dilakukan para pemimpin kita dalam upaya turut serta mendorong rasa nasionalisme di kawasan Asia Afrika untuk lepas dari belenggu penjajahan negara-negara Eropa pada umumnya. Hal itu terkait juga dengan kharisma yang dimiliki para pemimpin kita untuk menunjukkan bahwa negara yang baru merdeka juga mampu mengadakan event berskala internasional yang diikuti oleh 29 negara yang ada di kawasan Asia dan Afrika. Artinya sejak baru melek menghirup kebebasan pun bangsa kita sudah aktif menciptakan tatanan dunia baru (the new world) agar bangsa-bangsa di dunia memiliki derajat yang sama dalam pergaulan internasional. Selain itu, dengan adanya sosialisasi ini juga menambah motivasi para pelajar untuk menjadikan museum sebagai tempat rekreasi yang positif guna meningkatkan semangat kebangsaan dan menumbuhkan rasa percaya diri sebagai bangsa Indonesia. Di samping itu, dengan mengenal museum KAA lebih dekat, maka kita sebagai bangsa Indonesia harus memiliki rasa harga diri yang tinggi seperti yang dicontohkan para founder bangsa kita. Sehingga selalu memiliki asa ke depan untuk menjadi bangsa yang lebih maju yang disegani oleh bangsa-bangsa lain pada umumnya. Dan itu akan terwujud oleh generasi emas kita yang mencintai sejarah bangsanya berdasarkan slogan abadi “JAS MERAH.” Opini lain disampaikan pula oleh Dian Mardiana, guru mata pelajaran PPKn, “Kegiatan sosialisasi tentang Museum KAA ini sangat tepat, terutama bagi generasi muda. Kegiatan yang diharapkan mampu membuka wawasan mereka tentang gaung Konferensi Asia-Afrika di era sekarang. Betapa negara-negara yang baru merdeka dari kaum kolonial, begitu peduli dengan nasib bangsa lain yang masih berada dalam genggaman kaum penjajah.”
Kegiatan yang hanya berlangsung selama 2 jam ini sekaligus sebagai acara ngabuburit yang menarik dan bermutu. Kegiatan ini pun diakhiri dengan foto bersama. Semoga ke depan, kegiatan ini dilaksanakan secara kontinyu. Ilmu didapat, berkah Ramadan pun diperoleh. Semoga. Wallahualam bissawab.
